Saya dulu cuma seorang ibu rumah tangga, hidup pas-pasan. Pada tahun 2010, saya memberanikan diri pergi bekerja ke luar negeri. Padahal waktu itu anak saya baru berusia 18 bulan. Demi biaya anak berobat, saya rela meninggalkannya di usia yang masih balita. Hampir lebih dari lima tahun saya mengadu nasib di Hongkong. Sekarang saya berusaha agar saya tidak pergi lagi ke luar negeri, supaya saya bisa merawat anak, suami, dan orangtua.
Pada tahun 2016 saya diajak bergabung dalam sebuah komunitas perempuan purna migran oleh Migrant CARE Banyuwangi, bersama teman-teman mantan pekerja migran lainnya di desa kami Desa Kedung Gebang, Banyuwangi, yang juga menjadi salah satu Desa Peduli Buruh Migran (DESBUMI). Kami kemudian membentuk sebuah komunitas yang kami beri nama “Sukses Migrant”. Berawal dari situ, saya bersama anggota kelompok mendapatkan banyak hal. Salah satunya keterampilan untuk membuat kue. Dari situ, saya punya inovasi untuk membuat kue dari nanas yang saya olah menjadi Cenil Nanas (Cilnas). Alhamdulillah kue inovasi saya disukai banyak orang dan banyak peminatnya. Awalnya saya jual dari sekolah ke sekolah.
Bermula dengan modal yang sedikit, saya mulai berinovasi lagi. Kali ini dari pisang yang saya olah menjadi kuk pisang yang sekarang banyak dikenal dengan sebutan Banana Cake. Produk itu saya kasih brand biar mudah dikenal dengan sebutan “CILNASTA”. Saya posting ke media sosial Facebook dan Instagram. Hasilnya, sekarang saya mulai dapat banyak pesanan kue. Bahkan sekarang saya sudah bisa kirim ke Bali dan ke luar negeri. Selain kegiatan ekonomi produktif, saya juga sempat bergabung sebagai Tim PID (Tim Inovasi Desa) di desa saya. Terima kasih Migrant CARE dan DESBUMI, saya yang awalnya tidak tahu apa-apa sekarang saya tahu tentang banyak hal.