17 September 2024 02:00
Search
Close this search box.

Literasi Digital untuk Kader Desa Peduli Buruh Migran

Ruhiatun serius memandangi handphonenya, menyelesaikan 10 pertanyaan pre test yang diarahkan mentor dalam sebuah workshop. Ia lalu sampaikan skors yang ia raih. “Dapat nilai 30. Ini kenapa saya harus belajar,” katanya kepada peserta di sebelahnya.

Pemandangan ini terjadi di kelas workshop MADE IN INDONESIA (Migran Aman dan Digital ekonomi Inklusif Indonesia). Workshop MADE IN INDONESIA merupakan kerja kolaborasi ICT Watch dengan Migran CARE. Dengan dukungan Internet Society Foundation, kegiatan ini menyasar wilayah dampingan Migrant CARE di tujuh kabupaten.

Workshop MADE IN INDONESIA ini diselenggarakan selama dua hari di Hotel Santika Mataram, pada 28 – 29 Agustus 2024. Sebelumnya, ICT Watch telah memberikan penguatan literasi digital terhadap kader Desbumi (Desa Peduli Buruh Migran) di Jawa Tengah (Kebumen, Wonosobo) dan Banyuwangi, Jawa Timur.

Ruhiatun adalah salah satu kader Desbumi (Desa Peduli Buruh Migran) Barabali, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Ia satu dari 30 kader Desbumi yang antusias mengikuti pelatihan. 28 perempuan dan 2 laki-laki bahkan terlihat serius menyimak penjelasan mentor, aktif di setiap sesi pelatihan.

Sesi keamanan digital fundamental menyedot perhatian peserta workshop. Peserta reflektif, saling lempar pertanyaan. Terlebih Ruhiatun. Ia terlihat bersungguh-sungguh ingin belajar, tak sungkan bertanya dan menjawab pertanyaan mentor. Bahkan saat mentor menanyakan soal kepemilikian email, Ruhiatun dengan lantang bilang, “Saya klik-klik saja. Dari beli HP sudah ada email. Tapi sering lupa sandinya.”

Lain cerita dengan Sahnun. Kader Desbumi Bonder ini mengaku emailnya dibuatkan pihak counter bersamaan saat ia membeli gadget baru. Mentor gesit menghampiri Sahnun, memastikan perangkat androidnya. “Astaghfirullah!” tukas Lia, salah satu mentor yang merupakan Jawara Internet Sehat di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Ekspresi kaget Lia tak bisa disembunyikan saat mendapati alamat email pada gawai Sahnun. Pihak counter memberikan nama buruk pada gawai Sahnun.

Rasa penasaran peserta terus dipacu oleh para mentor. Simulasi kejahatan pishing membuat peserta mudah memahami kejahatan digital yang mengincar data sensitif korban melalui email, unggahan di media sosial, termasuk pesan teks.

Manajer Komunitas ICT Watch Matahari Timoer (MT) menjelaskan modus pishing adalah adanya iming-iming. “Masih mau asal klik?” tanya MT kepada peserta.

Dari sudut kiri terdengar suara lantang Ruhiatun, menjawab pertanyaan mentor. “Tidak! Sorry, ye!”

Perihal keamanan digital mengundang pertanyaan peserta tentang cara menjaga keselamatan anak di ruang digital. Matahari Timoer menerangkan upaya perlindungan digital terhadap anak dapat dilakukan dengan mengetahui kata sandi anak, termasuk menggunakan parental control yang tersedia di setiap gawai.

Pertanyaan lain datang dari Nunung Ariyanti, kader Desbumi Gemel. “Bagaimana menjaga data kita saat beli pulsa di counter?”

Menjawab pertanyaan tersebut, Lia menjawab ringkas dan taktis, “Setelah diisi pulsanya lalu coret nomernya. Karena kalau lagi apes jangankan 50 ribu bisa sampai 50 juta keambil.”

Hingga tengah hari, 30 peserta dari delapan desa peduli buruh migran (Desbumi) di tiga kecamatan masih bersemangat menyimak penjelasan mentor. Sesi foto produk tak kalah menarik dari sesi sebelumnya. Nini Sofiani dari Desbumi Gerunung membagikan cerita.

“Saya punya marketplace di Shoppe. Coba jual melalui Shoppe, tapi enggak berjalan lama, hanya sebentar saja. Sekarang enggak saya gunakan untuk produk UMKM ini karena belum dikenal banyak orang juga, masih belum melakukan penjualan melalui marketplace,” katanya.

Dari cerita Sofiani, mentor menjelaskan pentingnya foto produk dalam pemasaran digital. “Foto produk penting banget pencahayaan. Ini salah satu unsur agar foto menjadi lebih menarik karena foto produk mempengaruhi pikiran kita untuk membeli,” terang Maria Amanda Inkiriwang, Tim Kompub ICT Watch.

Manda tak pelit membagikan tips kepada peserta workshop, “Kalau enggak punya lampu sorot bisa gunakan matahari. Di luar ruangan, usahakan tidak ada bayangan di depan atau di samping. Foto diantara jam 3-4 sore. Pencahayaan memunculkan detail produk. Pilih latar belakang polos.”

Di sesi ini mentor memberi kesempatan peserta untuk berlatih memotret produk agar lebih menjual. Peluang ini disambut menyenangkan oleh peserta. Mereka berhamburan keluar ruangan, memilih spot foto menarik. Mereka juga tak segan membuka produknya menjadi obyek foto. Menggunakan snack yang disediakan penyelenggara untuk coffe break menjadi alat latihan.

Ada yang meletakkan produknya di pinggir kolam renang lalu memotretnya. Ada yang menggunakan tanaman tambahan untuk mempercantik foto produk. Ada pula peserta yang menjadi model dari produk tas temannya.

Review hasil foto peserta workshop tentu saja beragam. Meski begitu, semua peserta masih perlu terus berlatih membuat foto yang menarik pembeli. Kabar baiknya, mentor mengatakan Canva Indonesia bahkan sudah sepakat bekerja sama memberika kupon premium untuk peserta yang mengikuti kelas fasil.

“Canva menyediakan paket premium gratis untuk masyarakat sipil. Sekali daftar bisa digunakan 20 orang. Teman pendamping nanti bisa bantu ibu-ibu pemilik produk untuk membantu mempercantik desain pemasaran produknya,” terang MT mengakhiri sesi.

Workhop hari itu diakhiri dengan pre test. Sesaat ruangan hening. Peserta sibuk dengan gawai masing-masing. Menjawab pertanyaan demi pertanyaan dengan lebih serius.

“Mbak, lihat ini punya saya,” ujar Sofiani sembari memanggil mentor. Suara Sofiani memecah keheningan. Ia mendapat skors 100 yang berarti berhasil menjawab semua (10) pertanyaan post test dengan benar. Di awal tadi, katanya, hanya enam pertanyaan yang ia jawab dengan tepat.

Satu per satu peserta meneriakkan hasil post testnya. Semuanya menjawab di atas 50, termasuk Nurliana Jasmin dari Desa Barabali yang mendapat skors 60 smeentara pre test hanya 20.

Ruhiatun masih serius menjawab pertanyaan post test. Sesaat kemudian dengan lirih ia menunjukkan skors. “Dapat 80. Harusnya dua soal ini saya jawab benar tapi ragu dan grogi,” ujarnya dengan muka sedikit kesal. Namun rasa kesalnya terobati manakala mentor menegaskan bahwa skors post test bukan masalah besar selama terjadi perubahan dari nilai sebelumnya. [Nur Azizah]

TERBARU

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *