1 December 2024 23:46
Search
Close this search box.

Perempuan, Agensi dan Pemberdayaan dalam Melawan Ekstremisme Kekerasan

K-Hub Working Group on Women and Preventing (WGWC) / Countering Violent Extremism (PCVE) merupakan media konsolidasi pengetahuan tentang kerja-kerja perempuan dan PCVE di Indonesia, dengan mengambil praktik-praktik baik dan buruk, masyarakat sipil dan pemerintah dalam menjalankan kebijakan dan program perempuan dan PCVE. WGWC berdiri pada tahun 2017 dan bersama-sama dengan 28 mitranya telah membantu pemerintah Indonesia dan organisasi masyarakat sipil dalam memperkuat prinsip pengarusutaman gender dalam kebijakan maupun program-program yang terkait dengan pencegahan dan penanggulangan ekstremisme kekerasan. Kerja-kerja WGWC berpijak pada landasan kerja Resolusi 1325, yaitu Pilar Pencegahan, Pilar Perlindungan, Pilar Partisipasi, dan Pilar Rehabilitasi dan Reintegrasi. WGWC yang tergabung dalam Pokja Tematis di bawah koordinasi Sekber RAN PE BNPT telah melakukan advokasi pembentukan RAD PE di sejumlah Provinsi seperti Aceh, Sulawesi Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Banten.

Migrant CARE merupakan organisasi masyarakat sipil di Indonesia yang memiliki fokus pada advokasi untuk isu pekerja migran Indonesia sejak tahun 2004. Dalam kerja-kerja Migrant CARE terutama dalam penanganan kasus pekerja migran Indonesia, terdapat persinggungan isu mengenai ekstremisme kekerasan mengarah pada terorisme terutama di beberapa tahun terakhir. Laporan Badan Nasional Penanggulangan  Terorisme (BNPT) tahun 2023, terdapat 94 pekerja migran Indonesia yang terpapar terorisme. Di tingkat komunitas pekerja migran Indonesia yang dikelola (organisir) oleh Migrant CARE juga mendapati adanya kasus ekstremisme berbasis kekerasan di desanya. Oleh karenanya, untuk memperkuat kerja-kerja pengorganisasian dan advokasi, Migrant CARE juga memberikan perhatian pada isu ekstremisme kekerasan yang mengarah pada terorisme dengan ikut serta dalam acara WGWC. Selain itu dengan dilibatkannya Migrant CARE dalam acara ini, dapat mensharingkan situasi kekerasan ekstremisme di isu pekerja migran  Indonesia.

Dalam kegiatan selama 3 hari ini, sebanyak 229 orang hadir dalam acara WGWC. Agenda ini dihadiri oleh unsur masyarakat sipil, pemerintah, peneliti, praktisi, akademisi dan media. Beberapa pembicara dihadirkan dalam pertemuan ini. Beberapa pembicara hadir diantaranya  1) Komjen Pol. Prof. Dr. H. Mohammed Rycko Amelza Dahniel, M.Si, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI; 2) Perwakilan dari Kementerian Pemberdayan dan Perlindungan Anak (KemenPPA); 3) dr. Siska Gerfianti,Sp.DLP.,M.HKes; 4)  Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan , Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Provinsi Jawa Barat, yang mewakili Plt Gubernur Jawa Barat; 5) Andhika Chrisnayudhanto, SIP, SH, MA, Deputi Bidang Kerja sama Internasional BNPT, dan 6)  Dicky Darmawan, SH. M.Hum, staf ahli Bupati Purwakarta bidang Pemerintahan, Hukum dan Kesejahteraan Rakyat. Selain peserta dari luar WGWC, hadir di pertemuan tersebut para  Steering Committee WGWC serta perwakilan 28 mitra WGWC, perwakilan OPD di lingkungan Pemda Purwakarta, perwakilan beberapa Kedutaan Besar, lembaga-lembaga mitra Pembangunan, serta peninjau.

Terdapat tiga isu prioritas empat tahun depan (2025 – 2029) yang didiskusikan. Pertama, memastikan kebijakan-kebijakan yang terkait PCVE di empat pilar WGWC memiliki perspektif GEDSI. Kedua, WGWC akan memperhatikan literasi demokrasi dan HAM serta isu-isu interseksionalitas dalam ekstremisme kekerasan serta pemanfaatan digital space untuk berkolaborasi dengan semua mitra dan stakeholder (pemerintah, perempuan, anak, penyintas, difabel, pemuda, buruh migran, dst) di seluruh Indonesia. Ketiga, advokasi kebijakan berperspektif gender kepada aparat penegak hukum juga menjadi hal yang krusial karena pendekatan human security lebih utama daripada state security dan keempat mengenai fokus yakni riset tentang pengaruh isu-isu baru seperti climate change, cyber security, human trafficking, dsb terhadap ekstremisme kekerasan dan bagaimana upaya pencegahan yang perlu dilakukan.

Tiga prioritas isu di atas juga didiskusikan pada sesi pararel untuk mendapatkan pengayaan dari peserta diskusi.  Sesi yang dibahas menampilkan praktik baik yang sudah dilakukan mitra-mitra WGWC juga berdiskusi mengenai pendampingan terhadap narapidana terorisme melalui proses rehabilitasi reintegrasi sosial, upaya pencegahan esktremisme kekerasan di ranah pendidikan, perlindungan perempuan dan anak terpapar terorisme, konstruksi gender dan kekerasan berbasis gender pada kelompok ekstremisme kekerasan serta pemberdayaan perempuan untuk menjadi juru damai dalam melawan terorisme, serta implementasi RAD PE.

            Selanjutnya, di hari kedua dan ketiga pada tanggal 7-8 Mei 2024, kegiatan WGWC diarahkan untuk merefleksikan perjalanan tujuh tahun WGWC. Agenda selama dua hari ini diarahkan untuk mendiskusikan mengenai input dari berbagai pihak mengenai tantangan yang ke depan dan mitigasi risiko termasuk terhadap isu interseksionalitas seperti pekerja migran yang mana pekerja migran Indonesia mudah terpapar isu ekstemisme kekerasan. Selain itu di hari terakhir, konvensi ini membahas dokumen tata kelola WGWC dan pemilihan lima Steering Committee WGWC.

            Beberapa dokumen tata kelola WGWC yang dibahas di antaranya mengenai tata kerja SC, mitra SC dan jaringan yang membantu dan berkontribusi untuk mengurangi kasus ekstremisme kekerasan. Selain itu juga dibahas mengenai prinsip-prinsip yang perlu ditambahkan dalam kerja PCVE seperti interseksionalitas dan isu lintas generasi seperti isu pekerja migran yang banyak menjadi korban ekstremisme kekerasan dan perubahan lingkungan yang menjadi salah satu faktor penyebab maraknya PCVE karena meningkatnya angka kemiskinan.

            Terakhir, terdapat beberapa rekomendasi untuk menguatkan implementasi RAN PE hingga ke akar rumpat, di antaranya melakukan kolaborasi dengan mitra di seluruh Indonesia baik itu pemerintah dari level terendah (desa) hingga CSO. Selain kolaborasi, penguatan kapasitas sangat diperlukan. Oleh karenanya perlu ada mapping kolaborasi dalam bentuk penguatan kapasitas kepada para mitra dan jaringan melalui penguatan pada media sosial WGWC.

            Sebelum acara WGWC ditutup pada tanggal 08 Mei 2024, WGWC melakukan pemungutan suara untuk memilih lima SC periode 2025 – 2029. Komposisi terdiri dari dua SC lama yang berfungsi untuk transfer pengetahuan dan tiga SC  baru. Pemilihan ini dilakukan dengan menerapkan prinsip JURDIL dengan suasana kekeluargaan. SC yang ditunjuk untuk menjadi anggota SC untuk periode ke depan adalah Aman Indonesia, Yayasan Prasasti Perdamaian, Peace Generation, Balai Syura Ureung Inong Aceh dan INFID. (Savitri)

TERBARU