Ketika Tim Migrant CARE sampai di Balai Desa Tambakprogaten, Kecamatan Klirong, Kabupaten Kebumen, yang pertama akan menarik perhatian adalah password wifi yang tertera di tembok luar bangunan. Desa Tambakprogaten menjadi salah satu desa yang beruntung mendapatkan fasilitas Wireless Fidelity (wifi) dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Desa ini menjadi satu-satunya desa di Kecamatan Klirong yang dapat menikmati fasilitas jaringan nirkabel yang dapat menghubungkannya dengan dunia tanpa batas bernama internet.
Fasilitas tersebut mendorong mereka untuk dapat mengembangkan potensi digitalisasi yang dimiliki. Bagi DESBUMI Tambakprogaten yang masih seumur jagung, ada kebutuhan untuk mendapatkan pelatihan Sistem Informasi Desa (SID) yang komprehensif. Mereka berharap tersedianya aplikasi pendataan khusus untuk Pekerja Migran purna dan aktif yang dapat diakses secara online. “Selama ini pendataan reguler masih berjalan manual, jadi banyak dokumen yang sering terselip-selip,” ucap Moh Solekhan, atau yang akrab disapa Soleh, Ketua DESBUMI Tambakprogaten.
Peraturan Desa Nomor 4 tentang Perlindungan Buruh Migran Desa Tambakprogaten telah ada sejak Desember 2017. Namun Soleh mengaku bahwa warga masih kurang proaktif dalam isu ini. “Masyarakat masih diam saja kalau terdapat kasus” ungkap Soleh. Kasus-kasus yang banyak terjadi diantaranya adalah pemalsuan data kependudukan, karena bagi warga yang ingin bekerja ke luar negeri, yang penting adalah berangkat dulu. Mengenai data yang mereka buat asli atau palsu, tidak dipikirkan akan menjadi masalah, tanpa memikirkan risiko ke depannya.
Setelah berkunjung ke Balai Desa, Tim Migrant CARE melanjutkan perjalanan ke Sekretariat IKAMITA, kelompok buruh migran yang dibentuk sesuai mandat Perdes Nomor 4/2017. IKAMITA adalah singkatan dari Ikatan Keluaraga Migran Tambakprogaten. Meski terbilang baru, tetapi semangat produktivitas mereka tidak kalah dengan desa-desa lainnya. Ketika ditanya rahasia semangat yang dimilikinya, ibu-ibu ini menjawabnya dengan celetukan-celetukan seperti “Wanita serbaguna! Tahan banting! Anti pecah!” diiringi gelak tawa seluruh anggota.
Tim Migrant CARE disambut dengan masakan khas citarasa kampung halaman ketika tiba di sekretariat mereka, rumah ketua IKAMITA, Sri Widayati. Mereka kerap melakukan pertemuan rutin yang diisi dengan kegiatan pelatihan sekaligus arisan. Bekerjasama dengan Disnaker Kebumen, belum lama ini mereka mendapatkan pelatihan membuat sabun cuci piring dari jeruk limau yang banyak terdapat di desa mereka.
Tuntutan ekonomi turut menjadi dorongan ibu-ibu di kelompok IKAMITA kian produktif dan kreatif. “Cari uang hari gini susah, jadi harus kreatif,” ucap Sri. Beberapa produk yang dihasilkan kelompok ini diantaranya adalah abon dari nangka muda, sabun cuci piring, dan berbagai keripik. Semua produk itu dipasarkan di Desanya.
Para anggota merasakan begitu banyak manfaat setelah bergabung dengan IKAMITA. Diantaranya adalah bertambahnya pengetahuan dan wawasan, senantiasa mendorong mereka untuk menjadi lebih kreatif, juga berlatih berorganisasi dan bersosialisasi. Kendala yang dihadapi kelompok ini adalah pembagian waktu. Terkadang beberapa anggota menganggap kegiatan yang dilakukan komunitas adalah buang-buang waktu karena tidak dapat langsung menghasilkan pundi-pundi rupiah. “Kalau ke sawah kan jelas bisa langsunng dapat uang, kalau berkegiatan di komunitas belum tentu langsung dapat uang,” ucap Sri. Harapannya tentu saja ingin memperbanyak modal dan melakukan pemasaran.