Kesuksesan Tiwul dan Manggleng

Produk Tiwul dan Manggleng Kelompok SERBUMI Tanggulangin (Dok.MigrantCARE/Evi)

SERBUMI adalah kelompok buruh migran di DESBUMI Tanggulangin yang beranggotakan buruh migran, mantan buruh migran, dan anggota keluarganya. Saat ini SERBUMI diketuai oleh Yusimah, seorang mantan buruh migran yang aktif mengorganisir perempuan di desanya untuk mengembangkan kegiatan komunitas. “Ibu-ibu di sini sebenarnya tidak menganggur, kami setiap hari mengarit rumput untuk memberi makan sapi. Namun sejak adanya DESBUMI kami jadi memiliki wadah untuk bersosialisasi dan berkegiatan produktif,” ucap Yusimah.

Paling kiri: Yusimah saat menjelaskan mengenai SERBUMI (Dok. Migrant CARE/Evi)

Selain menjadi wilayah basis buruh migran, Desa Tanggulangin adalah desa yang terkenal dengan pembibitan sapi unggulnya. Sebagai desa dengan jagoan sapinya, bagi mereka sapi adalah investasi. Namun bukan hanya ternak sapi, Desa Tanggulangin juga cukup kaya dengan hasil alam, salah satunya adalah singkong. Maka mereka berinisiatif untuk memproduksi Tiwul instan dengan aneka rasa dan Manggleng. Sebelum memproduksi tiwul instan, selama ini singkong hanya dijadikan campuran untuk pakan ternak. Meningkatnya permintaan menambah semangat mereka untuk mengembangkan produknya, hingga memiliki izin Produk Industri Rumah Tangga (PIRT).

Alat yang digunakan Kelompok SERBUMI untuk memproduksi tepung singkong (mokaf). (Dok.Migrant CARE/Evi)
Alat yang digunakan Kelompok SERBUMI untuk memproduksi tepung singkong (mokaf). (Dok.Migrant CARE/Evi)

“Yang penting punya keberanian untuk mengutarakan,” ucap Yusimah saat menceritakan perjuangannya mendapatan PIRT. Begitu pun dengan pemasarannya, bermodal keberanian, ibu-ibu di komunitas SERBUMI memasarkan produk-produk mereka secara online maupun offline. Mereka tidak pernah pelit dengan sample, karena moto mereka dalam memasarkan adalah tak kenal maka tak sayang. Pernah suatu kali produksi tiwul mereka mencapai hampir menyentuh satu ton sebulan. Namun saat permintaan cukup banyak, yang menjadi kendala adalah bahan baku. “Kalau dulu singkong itu kan tidak termanfaatkan, saat kita mulai olah dan permintaan banyak kita jadi kekurangan bahan baku,” tambah Yusimah.

Tidak berhenti sampai disitu, SERBUMI terus mengembangkan inovasinya. “Saat ini sedang dicoba untuk memproduksi abon lele, ada kader yang sudah ikut pelatihannya. Sedangkan label halal untuk Tiwul dan Manggleng sedang diproses” ucap Yusimah. Ditanya mengenai harapan, Yusimah menyampaikan ingin memiliki outlet untuk melakukan lebih banyak pemasaran. Selain itu ada pula kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan packaging mereka agar produknya lebih dapat diterima oleh khalayak luas.

Desa Tanggulangin telah berhasil mengakses dana desa berdikari untuk komunitas sebesar 50 juta rupiah. Dana ini kemudian digunakan untuk pemberdayaan kelompok buruh migran. Salah satunya adalah pembelian mesin pembuat tepung singkong (mokaf) untuk SERBUMI.

Baca Juga: Surat Sakti PPT DESBUMI Tanggulangin

TERBARU