Gelak tawa pecah ketika Pasmi mengingat perjuangannya saat belajar membatik. “Saya itu nggak bisa nggambar (baca: menggambar). Dulu waktu awal mulai membatik bikin daun satu saja susah, penghapus sampai habis lima buah. Tapi sekarang sudah bisa menggambar pohon,” tutur Pasmi.
Membatik adalah salah satu kegiatan kelompok buruh migran Bumi Berkah Abadi di Desa Gondang, Kecamatan Watumalang, Kabupaten Wonosobo. Sejak dibentuk pada bulan Oktober tahun 2017 lalu, Kelompok Bumi Berkah Abadi giat mengikuti pelatihan dan melakukan produksi. Mereka memiliki cita-cita untuk dapat membuat batik khas desanya sendiri. “Nama motifnya Lembah Serayu yang menggambarkan hasil bumi Desa Gondang,” ucap Fitriyah selaku bendahara kelompok.
Fitriyah adalah mantan buruh migran yang pernah bekerja di Hongkong dan Singapura. Meskipun tak pernah terlibat masalah ketika di luar negeri, ia mengaku tidak ingin kembali ke luar negeri dan ingin berdaya di desanya sendiri. Seperti halnya Fitriyah, purna buruh migran lainnya, yang mayoritas perempuan, memiliki keinginan untuk dapat maju di daerahnya. Dengan adanya Kelompok Bumi Berkah Abadi, perempuan-perempuan purna Pekerja Migran Indonesia (PMI) dapat mengembangkan keterampilan mereka dengan kegiatan-kegiatan produktif. Selain membatik, Kelompok Bumi Berkah Abadi juga melakukan produksi dodol salak, kerajinan tas dari sampah plastik, dan membuat makanan ringan industri rumahan.
Kelompok ini melakukan kumpul rutin sebanyak satu bulan sekali. “Yang ditunggu adalah kumpul bareng dan kebersamaan kelompok,” ujar Fitriyah. Dalam perjalanannya tentu bukan hanya suka, pun duka dilalui. “Dukanya adalah saat anggota yang berkumpul tidak banyak,” tambah Fitri. Selain itu, diakui Fitri, mereka juga masih terkendala modal dalam proses produksi, sehingga ongkos kerap kali dipenuhi secara swadaya. Namun kendala tersebut tidak membuat mereka gentar untuk mulai melakukan pemasaran.